Bisikan Setan & Bisikan Malaikat
22 July 2008 § Leave a comment
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmizi, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Setan dan malaikat selalu memberikan bisikan dalam jiwa manusia. Jika seseorang terbesit dalam dirinya untuk melakukan kejahatan dan mengingkari kebenaran, maka itu adalah bisikan setan. Dan jika terbesit dalam dirinya untuk melakukan kebaikan dan membenarkan yang benar, maka itu adalah bisikan malaikat.”
Nabi melanjutkan, “Jika seseorang merasakan dalam dirinya bisikan kebaikan, maka pujilah Allah. Jika merasakan bisikan kejahatan, mintalah perlindungan dari Allah dari setan yang terkutuk.”
Seraya memberikan penegasan atas ucapannya, Nabi menukil firman Allah, “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kalian dengan kemiskinan dan menyuruh kalian berbuat kejahatan (kikir).” (al-Baqarah: 268).
Artinya, dengan kemiskinan dan serba kekurangan, seseorang memiliki alasan untuk tidak berinfak dalam kebaikan, dan jika perlu, melakukan cara apapun untuk mentas dari kemiskinan itu, entah cara itu halal atau haram. Semacam itulah bisikan setan dalam jiwa manusia.
Imam al-Mubarakfuri menyebut bisikan malaikat sebagai ilham, dan bisikan setan sebagai hasutan (waswasah). Keduannya sekaligus menjadi ciri unik manusia dan menjadikannya sebagai mahluk yang dinamis. Kita bisa melihat jutaan manusia di muka bumi ini dengan ragam karakter. Sebagian dari mereka memiliki kecenderungan bisikan malaikat yang besar, perilakunya baik, hidupnya menjadi pencerah dan bermanfaat bagi lingkungannya. Sebagian yang lain memiliki kecenderungan bisikan setan yang lebih besar, waktunya banyak terbuang untuk hal yang sia-sia, kehidupannya menjadi keresahan dan kerugian bagi orang-orang sekitarnya, dan sebagainya
Bisikan malaikat dan bisikan setan adalah simbol dari kutub konflik kejiwaan dan spiritual manusia. Jiwa dan spiritualitas manusia terbungkus oleh tubuhnya. Maka, kecenderungan bisikan malaikat atau setankah yang lebih besar dalam jiwa seorang manusia, adalah bagaimana ia membawa tubuhnya. Jika tubuh diarahkan ke lingkungan yang saleh, maka bisikan malaikat dalam jiwa tubuh manusia cenderung akan lebih besar. Dan jika tubuh dibawa menuju lingkungan hitam, maka bisikan setan akan lebih besar.
Maka, saya kurang setuju dengan anggapan “dasarnya”; jika pada dasarnya seseorang memiliki tabiat baik, di mana pun berada, dia tetap baik. Jika pada dasarnya seseorang memiliki karakter buruk, di mana pun berada, dia tetap buruk.
Meski saya percaya, bahwa setiap individu memiliki dan membawa kecenderungan idealismenya masing-masing, sebagaimana saya percaya bahwa idealiasme itu bukanlah benteng kokoh yang tak bisa dirobohkan. Idealisme kerap rontok oleh godaan realitas yang tidak disanggup dibendung, dan tabiat buruk bisa luntur oleh lingkungan yang memiliki kecenderungan baik.
Leave a Reply