Pendekar Madura
27 November 2008 § Leave a comment
Banjir
Guru: “Kemarin kamu terlambat, alasanmu hujan. Pagi ini terlambat lagi. Apa alasanmu?”
Murid: “Hujan, Bu. Betul, saya ga bohong, Bu!”
Guru: “Yang benar Kamu, ya. Hujan lagi, hujan lagi! Lha, kalau tiap hari hujan, bagaimana?!”
Murid: “Kalau tiap hari hujan, ya, banjir, Bu!
—
Pendekar Madura
Pendekar 1: “Lihat, lalat sedang terbang saya sabet pakai rencong, dua sayapnya putus!”
Tepuk tangan para penonton membahana.
Pendekar 2: “Lihat, lalat saya sabet pakai badik, badanya terbelah!”
Tepuk tangan para penonton kembali membahana.
Pendekar Madura: “Lihat nyamuk yang sedang terbang saya sabet pakai clurit.”
Sayap Nyamuk masih utuh, badannya juga tidak terbelah. Nyamuk masih terbang berputar-putar.Penonton sepi-sepi saja.
Pendekar 1 & 2: “Ha…ha…ha… Para penonton lihatlah, ternyata Pendekar Madura bukan tandingan kita. Sabetan cluritnya meleset.”
Hu… hu… hu… Terdengar cemoohan dari para penonton.
Pendekar Madura: “Eit, jangan salah. Saya memang tidak berniat membunuh nyamuk itu. Saya cuma mau menyunatnya saja. Coba, deh tangkap nyamuk itu, terus lihat “titit”nya. Pasti sudah tidak ada lagi.”
Leave a Reply