Mengaku Melihat Nabi, Padahal Yang Dilihat Setan

17 December 2020 § Leave a comment


“Banyak orang melihat sosok yang mereka sangka sebagai Nabi atau orang saleh atau Khidir, padahal sosok tersebut setan.”

Demikian kata Ibnu Taimiyah dalam “Majmu al-Fatawa”.



Sebelum berkesimpulan demikian, tokoh berjuluk “Syaikhul Islam” tersebut mengutip cerita legendaris tentang Syaikh Abdul Qadir al-Jailani didatangi iblis.

(Senang rasanya, mengetahui referensi masyhur dari cerita populer tersebut. Saya sudah lama menuliskan cerita itu di blog jumanrofarif dot com dengan judul “Abdul Qadir al-Jailani Melempar Iblis”, tapi tidak menyebutkan sumbernya dari kitab apa. Yang jelas, saya baca dari sebuah kitab–bukan “Majmu al-Fatawa”. Lupa. Zaman semana agak kurang peduli dengan pengutipan sumber. Pokoknya ada keterangan yang bagus untuk konten blog, tulis aja).

Kurang-lebih, begini cerita tentang Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dan iblis sebagaimana dikutip Sang Syaikhul Islam ….

Suatu ketika, Syekh Abdul Qadir al-Jailani sedang beribadah. Tiba-tiba ia melihat singgasana agung. Sebuah cahaya bertahta di sana.

“Wahai Abdul Qadir!” seru si cahaya. “Aku Tuhanmu. Saat ini, Aku halalkan untukmu sesuatu yang haram bagi orang lain.”

“Kau Allah?! Tuhan yang tidak ada tuhan lain selain Dia?!” kata al-Jailani. “Minggato! Enyah kau dari hadapanku, Musuh Allah!”

Seketika, cahaya itu pun tercabik-cabik. Padam. Gelap.

Setan kaget.

“Abdul Qadir,” kata si setan. “Kau selamat dari diriku berkat pemahamanmu dan kecerdasanmu dalam agama.”

“Padahal,” setan melanjutkan, “dengan cara tadi, aku berhasil memikat tujuh puluh orang.”

Dan penasaran.

“Jadi, bagaimana kau bisa tahu aku ini setan?”

Jawab al-Jailani, “Dari ucapanmu sendiri yang menyatakan bahwa kau menghalalkan untukku apa yang telah haram. Padahal, syariat Nabi Muhammad tidak akan terhapus dan terganti.”

Maksudnya, pakai otak.

Jika Anda beragama tanpa paham agama, Anda tidak akan tahu mana seruan Tuhan, mana ajakan setan.

Setan lebih mudah mengelabui orang yang tidak berilmu.

Tanpa ilmu, bisa jadi, apa yang Anda lakukan sebenarnya dorongan setan meski di mulut Anda katakan atas nama Tuhan.

Ibnu Taimiyyah melanjutkan, di antara orang-orang ada yang meyakini bahwa apa yang ia lihat adalah sosok Allah. Akhirnya, para pengikutnya pun meyakini bahwa ia dan mereka melihat Allah secara langsung dalam keadaan terjaga.

Bisa jadi, apa yang mereka katakan itu benar bahwa mereka melihat “sosok”, tapi mereka tidak tahu bahwa “sosok” yang mereka lihat itu bukan Tuhan, melainkan setan.

Lanjut Ibnu Taimiyyah, ini banyak terjadi pada ahli ibadah yang bodoh (juhhal al-‘ubbad). Ia menyangka melihat Allah secara langsung di dunia. Sebab, banyak di antara mereka melihat sosok yang mereka sangka sebagai Tuhan, padahal itu setan.

Lalu, sampailah Ibnu Taimiyyah pada peryataannya sebagaimana di paragraf pertama di atas.

“Banyak orang melihat sosok yang mereka sangka sebagai Nabi atau orang saleh atau Khidir, padahal sosok tersebut setan.”

Dalam hadis sahih, Nabi bersabda,

من رآني في المنام فقد رآني حقا فإن الشيطان لا يتمثل في صورتي

“Orang yang melihatku dalam mimpi, ia benar-benar telah melihatku. Sebab, setan tidak dapat menyerupai wujudku.”

Itu melihat Nabi dalam mimpi, kata Ibnu Taimiyyah. Sementara, dalam keadaan terjaga, tidak ada seorang pun melihat Nabi secara langsung di dunia ini.

Wallahu a’lam

مجموعة الفتاوى لشيخ الإسلام ابن تيمية – ج 1 ص 129

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading Mengaku Melihat Nabi, Padahal Yang Dilihat Setan at Warung Nalar.

meta

%d bloggers like this: