Tafsir “Mohonlah Pertolongan dengan Sabar dan Shalat”
9 September 2021 § Leave a comment
(1)
وَٱسۡتَعِینُوا۟ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ
“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat.” (Al-Baqarah: 45).
(2)
وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ
وَالصَّلاَةُ نُورٌ
“Sabar adalah sinar.”
“Shalat adalah cahaya.”
(HR. Muslim).
(3)
هُوَ ٱلَّذِی جَعَلَ ٱلشَّمۡسَ ضِیَاۤءࣰ وَٱلۡقَمَرَ نُورࣰا
“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya.” (Yunus: 5).
Tiga kepingan itu mungkin membentuk pemahaman sederhana:
Mintalah pertolongan kepada Allah lewat sabar dan shalat. Sebab, sabar ibarat sinar matahari, shalat ibarat cahaya bulan.
Tapi, apa maksudnya?
Bagaimana penjelasannya?
(1)
Alquran mengaitkan matahari dengan “dhiya” (sinar) dan bulan dengan “nur” (cahaya).
Kenapa matahari disebut “bersinar”?
Sebab, matahari memancarkan terang secara langsung dari dirinya. Ia memiliki inti panas yang memancarkan terang. Seperti api.
Kenapa bulan disebut “bercahaya”?
Sebab, bulan tidak memancarkan terang secara langsung. Tidak punya inti panas. Dia hanya memantulkan terang dari matahari.
Kurang-lebih, begitulah perbedaan sinar (dhiya) dan cahaya (nur).
Terang matahari membuat hari jadi terik dan panas. Menyengat kulit.
Terang bulan memungkinkan Anda melihat jalan di kegelapan malam.
(2)
Berikutnya, kenapa Rasulullah menyebut sabar adalah sinar.
الصَّبْرُ ضِيَاءٌ
Tidak sedikit uraian tentang sabar.
Sederhananya, sabar adalah kekuatan untuk bertahan dalam kondisi yang tidak menyenangkan untuk dilakoni.
Dalam kondisi sulit, seseorang bersabar agar tidak terpuruk. Dalam kondisi mudah, seseorang bersabar agar tidak lengah.
Dalam kondisi tak berpunya, seseorang bersabar untuk tak mencuri. Dalam kondisi punya kuasa, seseorang bersabar untuk tak korupsi.
Hanya contoh.
Tentu Anda punya banyak pengalaman sendiri tentang kesabaran. Sebagian berhasil Anda lewati dan jadi kenangan menyenangkan yang bikin senyum-senyum sendiri. Sebagian mungkin gagal Anda tangani dan jadi kenangan menyakitkan yang Anda sesali.
Juga saat ini. Mungkin Anda saat ini sedang berada dalam kondisi yang membutuhkan kesabaran, kekuatan bertahan menghadapi keadaan. Semoga kita kuat.
Intinya, kesabaran, baik yang berhasil Anda lewati maupun yang gagal Anda tangani, juga mungkin sedang Anda hadapi, itu berat. Betul?
Seperti Anda berdiri bertahan di bawah pancaran terang matahari di tengah siang.
Panas, menyengat.
Berat, memang.
Namun, seperti kata pepatah, “Sabar itu lebih pahit daripada empedu. Tapi, buah sabar lebih manis daripada madu.”
Lalu, kenapa Rasulullah menyebut shalat adalah cahaya.
َالصَّلاَةُ نُورٌ
Beberapa pemahaman untuk hadis itu.
Antara lain, pahala shalat adalah cahaya, nur, kelak di akhirat. Dengan cahaya itu, ketahuan, mana orang yang rajin shalat saat di dunia, juga yang tidak rajin shalat.
Antara lain lagi, orang yang rajin shalat itu wajahnya bercahaya. Wajahnya memancarkan nur. Tentu bukan secara harfiah.
Wajahnya menenduhkan. Sikapnya menyenangkan.
Bagaimana tidak?!
Setiap hari menghadap Tuhan Yang Mahabaik. Maka, kebangetan kalau sering sowan ke Tuhan tapi tidak mendapatkan oleh-oleh sikap baik untuk ditunjukkan kepada segenap ciptaan.
Setiap hari menghadap Tuhan yang menjadi cahaya langit dan Bumi. Masa sih tidak kecipratan barang sedikit cahaya Tuhan?!
Pemahaman lain, shalat itu cahaya, seperti cahaya purnama pada malam hari–tentu saja. Menerangi jalan Anda sehingga memudahkan langkah perjalanan Anda. Menunjukkan bagaimana Anda harus melangkah. (Bayangkan Anda hidup di zaman pra-PLN).
Sebab itulah …
(3)
… jika mengalami masalah berat, Rasulullah cepat-cepat shalat. Bisa jadi untuk memohon cahaya petunjuk kepada Allah untuk menghadapi masalah itu.
إذا حزبه أمر بادر إلى الصلاة
(إذا حزبه أمر صلى)
Hadis riwayat Abu Dawud tersebut dikutip “Tafsir al-Jalalain” dalam penafsiran ayat
وَٱسۡتَعِینُوا۟ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ
“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat.” (Al-Baqarah: 45).
Maka, pahamlah kita terhadap ayat di atas. Mengapa kita diperintahkan memohon pertolongan–atas banyak persoalan–melalui sabar dan shalat.
Sabar dan shalat adalah kombinasi upaya lahiriah dan batiniah untuk menghadap persoalan.
Sabar, seperti sudah dijelaskan di atas, adalah kekuatan untuk bertahan dalam menghadapi persoalan, lalu melewatinya.
Sabar adalah terus berjuang, meski berat.
Mungkin tidak selalu berhasil. Tapi, paling tidak, bukan gagal karena jatuh mental.
Mungkin tidak selalu menang. Tapi, paling tidak, bukan kalah karena menyerah.
Tapi, jika kesabaran yang lebih lahit ketimbang empedu itu bisa dilewati, Anda akan mendapatkan hasil yang lebih manis ketimbang madu.
Dan, shalat adalah penopang dan penunjuk dari sisi batiniah dalam menghadapi persoalan–bagi makhluk spiritual dan berketuhanan seperti Anda, tentu saja.
Shalat menjernihkan spiritual dan mental sehingga Anda jernih pula memikirkan bagaimana harus menghadapi dan menyikapi persoalan, termasuk saat gagal.
Di situlah cahaya petunjuk datang.
Petunjuk tidak dapat ditangkap oleh spiritual yang keruh mental yang labil.
Wallahu a’lam.
Leave a Reply