Dua Amalan Bulan Rajab
25 January 2023 § Leave a comment
Kita tahu, bulan Rajab adalah salah satu dari arba’atun hurum. Salah satu dari empat bulan haram: Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijah, dan Muharram.
Dzulqa’dah, Dzulhijah, Muharram itu berurutan. Rajab, terpisah. Sendirian. Tsalatsatun sardun wa wahidun fardun.
Nah, pada bulan Rajab, ada dua amalan dari Rasulullah.
SATU
Pertama adalah doa … yang saya kira Anda tahu kalimatnya.
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ رَجَبٌ قَالَ: اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِي رَمَضَانَ.” (رواه أحمد)
Nah, itu doanya.
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِي رَمَضَانَ.
“Ya Allah, berkahi kami pada bulan Rajab dan Sya’ban. Dan, berkahi kami pada bulan Ramadhan.”
Jadi, kalimat doa yang dari Nabi adalah “… wa barik lana fi Ramadhana”.
Berbeda dengan yang umum kita dengar, “… waballigna Ramadhana”.
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبلغنا رَمَضَانَ
“Ya Allah, berkahi kami pada bulan Rajab dan Sya’ban. Dan, antarkan kami menuju bulan Ramadhan.”
Itu yang biasa kita dengar.
Jadi, doa dalam hadis itu isinya “meminta berkah saat di bulan Ramadhan’.
Sementara, doa yang umum kita dengar itu isinya “minta di antarkan menuju bulan Ramadhan”.
Bukan masalah besar, sebenarnya.
Yang satu, minta berkah di bulan Ramadhan (barik lana fi Ramadhan). Yang satu lagi, minta diantarkan dulu ke bulan Ramadhan (ballighna Ramadhan), baru minta berkahnya.
Itu amalan pertama, sebuah doa minta keberkahan, yang bisa kita amalkan di bulan Rajab … juga di bulan Sya’ban dan Ramadhan.
DUA
Amalan kedua dari Nabi untuk dikakukan pada bulan Rajab adalah puasa.
Dalilnya adalah riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah.
Ceritanya, suatu saat Rasulullah disambangi oleh seorang sahabat. Si sahabat ini, setahun sebelumnya sudah pernah ketemu Rasulullah.
Tapi, kali ini, si sahabat ini datang dengan tubuh kurus dan bikin Rasulullah pangling. Rasulullah gak kenal lagi.
Ternyata, sejak terakhir ketemu Rasul, si sahabat ini selalu puasa. Puasa sepanjang tahun. Sampai-sampai tubuhnya jadi kurus.
Melihat kondisi sahabat kurus kayak gitu, Rasulullah menganjurkan agar si sahabat gak perlu puasa sepanjang tahun.
Sekali saja dalam sebulan.
Kalau itu terlalu sedikit, bisa dua kali dalam sebulan.
Kalau itu masih terlalu sedikit juga, bisa tiga kali sebulan.
Kalau itu pun masih terlalu sedikit, bisa puasa di bulan-bulan haram, yaitu Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram. Tapi, juga jangan setiap hari. Perbanyak puasa di bulan haram ini, tapi sesuai kemampuan.
Kata Nabi,
صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ
Nabi mengatakan demikian sambil menunjukkan tiga jari.
Maksudnya adalah: silakan puasa di bulan-bulan haram. Kalau mau puasa berturut-turut, maksimal tiga hari. Habis itu, jeda dulu. Sehari, dua hari, atau tiga hari. Baru lanjut puasa lagi.
Intinya adalah: silakan memperbanyak puasa pada bulan haram–termasuk Rajab ini–tapi jangan lupa perhatikan kondisi tubuh. Semampunya.
Nah, puasa apa saja pada bulan-bulan haram itu?
Ya, bisa Senin-Kamis, bisa ayyamil bidh (tanggal 13, 14, 15 bulan Hijriah), atau puasa mutlak, yaitu puasa “tanpa judul” … di luar Senin-Kamis dan ayyamil bidh. Pokoknya niat puasa saja.
PENUTUP
Ada pendapat, sanad hadis dari dua amalan bulan Rajab tadi (doa “barik lana fi rajaba” dan puasa) itu dhaif. Lemah.
Gak masalah.
Doa dan puasa pada dasarnya termasuk amalan baik. Fadhailul a’mal.
Nah, fadhailul a’mal boleh diamalkan meski berdasarkan hadis dhaif. (Atau, hadis dhaif boleh dijadikan dalil jika itu terkait fadhailul a’mal).
Kata Imam Nawawi di mukadimah “al-Arbain”,
وقد اتفق العلماء على جواز العمل بالحديث الضعيف في فضائل الأعمال
Bahkan, di “al-Adzkar”, Imam Nawawi mengutip pendapat bahwa mengamalkan fadhailul a’mal berdasarkan hadis dhaif (yang bukan level maudhu’) itu tidak cuma boleh, tapi juga malah dianjurkan.
يجوز ويستحب العمل في الفضائل والترغيب والترهيب بالحديث الضعيف ما لم يكن موضوعا
Wallahu a’lam.
Leave a Reply