Mendekati Tuhan dengan Air Mata

10 June 2011 § Leave a comment


Yang tak pernah merasakan sakitnya berbuat nista,

takkan pernah merasakan nikmatnya mendekati Tuhan dengan air mata.

 

9.6.11

Senyuman

16 December 2009 § 1 Comment


Wajah adalah jendela kamar.
Dan, senyuman adalah mentari pagi yang merasuk di sela-selanya.

Tawa riang adalah siang. Diam adalah kelam malam.
Dan, senyuman adalah cahaya pagi yang menautkan keduanya.

Wajah yang yang tak tersenyum
serupa kuncup bunga yang tak kunjung mekar: layu di ranting yang kering.

———————————————————————–
Dari tulisan lima baris berjudul Ibtisam (Senyumandi halaman ke-232 dari buku berjudul Kalimat Tun’isyu al-Hayah karya El Azrak. Diterjemahkan oleh Juman Rofarif.

Antologi Status [7]

16 December 2009 § Leave a comment


Niscaya. Ada yang hilang, ada yang datang. Yang hilang, memberi hikmah. Yang datang, membawa berkah. Semoga. [6 November 2009/ 07:58 WIB]

Lakukanlah sesuatu yang mampu dikerjakan menurut ukuran diri sendiri, bukan berdasar ukuran orang lain. Sebab, jika orang itu di atas maka kita cenderung akan memaksakan diri. Jika orang itu di bawah maka kita cenderung akan membanggakan diri. [6 November 2009/13:54 WIB]

Seperti semangat berapi-api, sementara sekadar nyala lilin pengetahuan yang dimiliki. [7 November 2009/18:19 WIB]

Aku adalah air mata. Menitik pada suka dan duka hatimu. [7 November 2009/23:20 WIB] « Read the rest of this entry »

Sunah Semesta

16 December 2009 § Leave a comment


Air melepas diri dari hulu karena merindu memeluk sungai.
Sungai menempuh jalan panjang demi menuntas rindu memeluk laut.
Di langit, awan dan angin telah berpelukan.
Tiada sesiapa menghendaki sendiri yang sepi.
Demikianlah sunah semesta.
Kemarilah, Kekasih! Peluk aku!

Bunga-bunga,
dahan-dahan,
burung-burung,
dan udara terselubung selimut peluk.
Mentari memeluk bumi dengan sinarnya pada siang hari.
Berganti bulan; membelai dan mencium bumi dengan cahaya pada kelam hari.
Semua itu tampak lebih indah saat menjadi latar penghias sepasang kekasih yang menyatu dalam peluk.

———————————————
Oleh Percy Bysshe Shelley [1792 – 1822], penyair terkemuka Inggris. Diterjemahkan dari versi Bahasa Arab berjudul ‘Inaq [Peluk] oleh Juman Rofarif.

Api

9 November 2009 § Leave a comment


Setitik api tumbuh berkobar memanggang kayu.
Kayu terpanggang, dilalap dilepeh menjadi abu,
menyisakan diam yang kusam dan suram:
ke mana api menjelma padam?

Kemang, 06.11.09

Dalam Perjalanan Siang

6 November 2009 § 1 Comment


Jika dalam perjalanan siang ini
engkau mencerca matahari sebab sengat teriknya,
setelah dalam perjalanan pagi
engkau terlena oleh pesona hangat sinarnya,
aku akan mengingatkanmu tentang sebuah malam
yang penuh rindu, saat aku mengingatkanmu tentang takrif cinta.

Ciputat, 01.11.09

Kuceritakan Padamu

6 November 2009 § 2 Comments


Aku memintamu bertahan dalam pelukan tubuhku yang merinding
oleh kelam mendung hitam dan gelegar ayunan halilintar:
akan kuceritakan padamu tentang sejuk hujan.

Aku memintamu bertahan dalam dekapan tubuhku
yang menggigil oleh dingin terpaan-hujan bertubi:
akan kuceritakan padamu tentang indah pelangi.

Kemang, 04.11.09

Sudah Kuingatkan!

30 October 2009 § 1 Comment


Sudah kuingatkan,
berpeganglah erat-erat.
Jangan biarkan dirimu jatuh, Hati!

Sungguh, berpeganglah erat-erat.
Bila jatuh, engkau mudah patah, Hati!

Berpeganglah erat-erat. Sungguh!
Jika patah, engkau akan sakit, Hati!

Sudah kuingatkan!
Sungguh, benar-benar sungguh
sudah kuingatkan.

Telah Kukirim

22 October 2009 § Leave a comment


Telah kukirim
sekadar nyala lilin untukmu,
pada kelam hari. Apakah kau sudah menjawab diamnya:

ke mana wajah cahayaku menghadap?

candle-main_Full

Ingin Menjadi

18 October 2009 § Leave a comment


Malam menjadi sempurna karena kelam,
seperti siang menjadi sempurna karena terang.

Aku ingin menjadi kelam penyelimut malammu,
Seperti aku ingin kau menjadi terang pengiring siangku.

Where Am I?

You are currently browsing entries tagged with sajak at Warung Nalar.

%d bloggers like this: