Kelahiran dan Kematian Nabi Muhammad

6 October 2022 § Leave a comment


Bulan Rabiul Awal identik dengan kelahiran Nabi Muhammad.

Karena itu, dalam bahasa Jawa, bulan Rabiul Awal dinamai “Mulud”.

Itu dari isim maf’ul “maulud” (مولود) yang artinya “yang dilahirkan” atau “yang lahir”. Atau, dari isim mashdar “maulid” (مولد) yang artinya “kelahiran”. “Maulid” (مولد)  juga bisa jadi isim zaman yang artinya “hari lahir”.

Rabiul Awal, dalam istilah Jawa, disebut “Mulud”, sebab bulan ketiga dalam kalender Hijriah itu memang bulan kelahiran Nabi Muhammad.

Meski, bulan Rabiul Awal juga bulan wafatnya Nabi Muhammad.

Jadi, kenapa Rabiul Awal identik dengan kelahiran Nabi Muhammad, bukan wafatnya Nabi Muhammad?

KELAHIRAN NABI MUHAMMAD

Menurut pendapat yang masyhur, Nabi Muhammad lahir pada hari Senin, tanggal 12, bulan Rabiul Awal, Tahun Gajah (‘Am al-Fil).

12 Rabiul Awal sebagai tanggal dan bulan kelahiran Nabi ditetapkan berdasarkan kajian dan analisis para ulama ahli sejarah.

Sedangkan Senin dan tahun Gajah sebagai hari dan tahun kelahiran Nabi dapat dijumpai dalam hadis.

Informasi “Tahun Gajah” bisa ditemukan dalam riwayat Imam al-Tirmidzi dan Imam Ahmad. Seorang sahabat bernama Qais bin Makhramah mengatakan,

وُلِدْتُ أَنَا وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ الفِيلِ

“Aku dan Rasulullah lahir pada Tahun Gajah.”

Disebut “Tahun Gajah” sebab pada tahun itu pasukan bergajah pimpinan Abrahah menyerang Ka’bah.

Penyerangan itu bermula ketika Abrahah, sebagai penguasa kota Shan’a (Yaman), membangun gereja untuk menyaingi Ka’bah. Sebagai tujuan baru ziarah agar para jamaah haji dari jazirah Arab tidak lagi mengunjungi Ka’bah.

Salah seorang dari Bani Kinanah (Makkah) menilai barangkali aksi Abrahah itu tidak fair. Orang Bani Kinanah ini lalu melakukan semacam aksi protes: gereja yang dibangun Abrahah itu ia lumuri dengan kotoran manusia.

Abrahah tidak terima dan murka. Ia berjanji akan membalas pelecehan itu dengan menghancurkan Ka’bah. Ia kemudian menyerbu Ka’bah dengan pasukan bergajah. Kisah singkat berikutnya adalah seperti yang kita tahu dalam surah “Gajah” (al-Fil).

Namun, hari lahir Nabi tidak pas bertetapan pada hari Abrahah menyerang Ka’bah. Pendapat populer menyebutkan, kelahiran Nabi adalah pada lima puluh hari setelah serangan gagal Abrabah itu.

Sementara, perihal Senin sebagai hari lahir Nabi dapat dijumpai dalam riwayat Imam Muslim.

Nabi pernah ditanya soal kebiasaan beliau berpuasa sunah hari Senin. Beliau menjawab,

فيه ولدت

“Aku lahir pada hari itu.”

Dalam “Haul  al-Ihtifal bi Dzikra al-Maulid al-Nabawi al-Syarif”, Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki mengatakan, Nabi Muhammad berpuasa hari Senin sebagai ungkapan takzim dan syukur atas kelahiran diri beliau.

Kalau dalam istilah Jawa, Nabi berpuasa hari Senin karena muasani wetonnya.

Jadi, jika Anda rajin berpuasa sunah hari Senin karena meneladani sunah Nabi, disadari atau tidak, pada dasarnya Anda juga rajin memperingati maulid Nabi.

Maka, menurut Sayyid Alawi, hadis Nabi puasa hari Senin tadi adalah nas paling sahih dan paling jelas tentang “masyru’iyyah al-ihtifal bi al-maulid al-nabawi al-syarif”. Bahwa, peringatan maulid Nabi itu dibenarkan oleh syariat. Peringatan Maulid Nabi tidak menyalahi syariat.

Dan, orang pertama yang memperingati maulid Nabi adalah Nabi sendiri, yaitu dengan cara berpuasa.

(Karena itu, sebagian orang menolak pendapat bahwa peringatan Maulid Nabi baru dimulai pada masa Dinasti Fatimiyyah di Mesir. Pendapat lain, pada masa Shalahuddin al-Ayyubi. Atau, pendapat lainnya…. Sebenarnya bisa dikompromikan. Memang betul, peringatan Maulid Nabi sudah sejak zaman Nabi. Nabi sendiri yang memulai. Namun, itu peringatan Maulid secara individu. Sementara, peringatan Maulid Nabi secara massal, sebagai acara sosial-keagamaan yang diadakan secara massal, baru dimulai pada masa Dinasti Fatimiah atau masa Shalahuddin al-Ayyubi atau pendapat lainnya).

Nah, saat Nabi berpuasa pada hari lahirnya, sesungguhnya itu menunjukkan dua hal: yang prinsip dan yang ekspresi.

Syukur atas kelahiran adalah prinsip. Berpuasa pada hari kelahiran adalah ekspresi syukur.

Dan itu ajaran untuk kita, umatnya.

Jika Nabi bersyukur atas kelahiran sendiri maka kita juga demikian: bersyukur atas kelahiran Nabi.

Jika ungkapan syukur Nabi atas kelahiran sendiri itu dengan cara berpuasa maka ungkapan syukur kita atas kelahiran Nabi bisa dengan berpuasa atau ungkapan syukur lain yang dapat mengingatkan kita kepada Nabi, lebih dekat mengenalkan kita kepada Nabi, dan mendorong kita untuk meneladani ajaran-ajaran Nabi.

Prinsipnya satu: bersyukur atas maulid Nabi. Ekspresi syukurnya bisa bermacam-macam.

Maka, peringatan maulid Nabi dengan berbagai cara yang biasa diadakan pada bulan Rabiul Awal adalah bentuk ungkapan syukur atas kelahiran Nabi Muhammad. Syukur untuk alasan yang mungkin terlalu banyak jika mesti disampaikan.

WAFATNYA NABI MUHAMMAD

Suatu waktu, di akhir bulan Safar, Nabi Muhammad ziarah ke pemakaman Baqi’. Mendoakan para sahabat yang telah wafat. (Dalam keterangan lain, Nabi ke Baqi’ untuk ikut mengiringi jenazah). Sepulang dari sana, Nabi mengalami sakit kepala disertai demam. Meriang. Pada mulanya, beliau masih bisa menahan sakitnya. Sebelas hari pada masa-masa sakit itu, Nabi masih bisa melakukan aktivitas. Mengimami shalat atau menemui para istrinya.

Sampai kemudian, pada dua hari terakhir, sakit beliau semakin payah. Beliau meminta izin kepada para istrinya untuk dirawat di rumah Aisyah.

Menit-menit terakhir hidup Nabi adalah masa-masa sulit dan menyakitkan bagi Nabi. Pedihnya sakratulmaut.

واكرب أبتاه

“Duh, beratnya rasa sakit abahku.” Itu kata Fatimah, sang putri, meratap lirih, melihat kondisi sang ayah.

Nabi menjawab, “Setelah hari ini, Abahmu tidak akan merasakan berat lagi.”

Suatu ketika, Nabi mengatakan bahwa orang yang cobaannya paling berat adalah para Nabi.

يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً؟ قَالَ: الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ (راه الترمذي)

Nah, di antara cobaan berat untuk Nabi Muhammad sendiri adalah proses sakratulmaut beliau yang sangat berat.

Beberapa waktu setelah Nabi wafat, suatu saat, Aisyah menuturkan, “Sejak menyaksikan beratnya sakratulmaut Nabi, aku tidak iri lagi kepada orang yang matinya mudah.”

مَا أَغْبِطُ أَحَدًا بِهَوْنِ مَوْتٍ بَعْدَ الَّذِي رَأَيْتُ مِنْ شِدَّةِ مَوْتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (راه الترمذي)

Sejak menyaksikan Nabi wafat, Aisyah menyadari, kematian yang berat bukan pertanda keburukan si mati, kematian yang mudah bukan pertanda kemuliaan si mati.

Hari Senin, tanggal 12, bulan Rabiul Awal, tahun ke-11 Hijriah, setelah tiga belas hari mengalami sakit, pada usia 63 tahun, Nabi wafat. Di dekapan Aisyah.

Nabi wafat tepat pada hari, tanggal, dan bulan kelahirannya.

Nabi lahir dan wafat pada hari, tanggal, dan bulan yang sama.

Wafat Nabi adalah kesedihan umat. Peristiwa yang seakan tidak untuk dikenang umat.

Karena itu, umat lebih memilih menisbahkan dan mengidentikkan Rabiul Awal sebagai bulan kelahiran Nabi, ketimbang sebagai bulan kematian Nabi.

Sebab, kelahiran Nabi adalah kegembiraan yang patut disyukuri. Nabi sendiri mensyukuri kelahirannya dengan cara berpuasa.

Akhirnya, sekarang kita mengerti kenapa orang Jawa memilih diksi “Mulud” sebagai padanan Rabiul Awal.

Begitulah kira-kira.

Wallahu a’lam.

***

Versi lebih ringkas dari artikel di link ini. Klik.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading Kelahiran dan Kematian Nabi Muhammad at Warung Nalar.

meta

%d bloggers like this: